Selasa, 27 September 2011

NASIB TRAGIS PSM DI STADION MANDALA

Mandala - Markas Persipura yang angker.
Pagi hari sebelum laga ini berlangsung, beberapa koran lokal menulis Persipura akan membalas "dendam kesumatnya" kepada PSM. Tulisan2 seperti ini secara terbuka mengakui bahwa pertemuan antara Persipura dan PSM di Liga Indonesia bukan sekedar permainan bola yang dioper ke sana sini melainkan gengsi. Pertemuan kedua tim seakan ingin membuktikan siapa di luar tanah Jawa yang terbaik, khusus di wilayah Timur. Maka jika anda ada di Jayapura pada hari Persipura dan PSM akan berlaga, anda akan merasa suhu pertandingan sendiri sudah panas dari luar lapangan. Dan jangan lupa, satu setengah jam sebelum kick-off, anda sudah harus ada di dalam stadion kalau ingin kebagian tempat duduk. Sebab fenomena karcis sold out adalah hal yang biasa jika Mutiara Hitam vs Juku Eja.

Begitu juga di hari ini. Didukung cuaca cerah dan suhu yang begitu panas baik dari langit maupun dari sekeliling stadion, PSM masuk lapangan dengan sedikit keberanian dan optimisme untuk meredam laju Persipura yang tidak terkalahkan dalam empat pertandingan terakhirnya di LI. Sebaliknya Persipura tidak kalah ambisius, meski di laga ini mereka harus tampil minus Jack Komboy yang berduka atas meninggalnya sang ayahanda yang mantan ketua Persipura di era 70's. Persipura yang bertekad mengubur PSM di Mandala, datang dengan satu muka baru, Kalamen Yves yang ditransfer dari Deltras. Pendeknya kick-off akhirnya dilakukan oleh Persipura di babak pertama dan perang itu dimulai.

Saya, yang untuk pertama kali sejak Persipura main terakhir dengan PSMS di Laga 8 Besar musim lalu, kembali menginjakkan kaki di Tribun Liverpool. Dari Tribun Keramat ini, saya menyaksikan bahwa Persipura musim ini bukan Persipura musim lalu. Begitu juga PSM yang begitu menakutkan beberapa musim belakangan ini tak lagi tampil seperti yang dibesar-besarkan orang dan pers. PSM tak lagi berbahaya seperti yang saya saksikan langsung dua musim lalu meski saat ini dipegang pelatih kawakan, Henk Wullems. Kalau saya boleh menilai, pertandingan ini tak ada bedanya dengan sebuah partai uji coba atau pertemuan antara tim-tim yang ada di Zona Degradasi. Meski akhirnya Persipura menang lewat gol Kalamen Yves di akhir2 babak ke-dua, namun Persipura tampil di bawah permainan terbaiknya seperti kala memenangkan Piala Presiden musim lalu. PSM kalah dengan sangat tragis, sebaliknya kemenangan Persipura ini sangat dramatis.

Gol di babak2 akhir memang menyakitkan. Siapapun tim itu, tentu akan sangat menyesal jika semua kerja keras mereka harus hancur karena ketidaksiagaan di akhir laga. Hanya saja semua Persipuramania harus mengakui Persipura bermain seperti tim amatir yang selalu salah mengumpan atau bahkan sulit sekali mencari posisi kosong. Di sisi lain PSM datang hanya untuk bertahan dan mengandalkan serangan balik seperti halnya yang sering dilakukan tim-tim lain di wilayah timur ketika tandang ke Mandala.

Namun bukan berarti Persipura main tanpa peluang. Beberapa peluang sempat tercipta, dan yang tidak bisa dimaafkan adalah ketika Spiderman Carascao dijatuhkan di dalam kotak penalti tapi wasit menganggapnya biasa2 saja. Saya yang tepat berada di depan kejadian itu melihat dengan jelas, kalau saja Spiderman-yang sudah berhadapan muka dengan Samsidar- tidak dijatuhkan maka jala PSM sudah koyak di pertengahan babak ke-dua. Tapi saya bisa memaklumi, posisi wasit saat itu dihalangi tiga pemain PSM. Maka ketika Spiderman jatuh, dan wasit tidak memberi penalti, bayangan seri sudah ada di benak saya.

Memasuki menit2 80-an, drama2 kotorpun dilakoni. Saya sangat heran ketika pemain PSM bernomor punggul 19 yang bernama Iqbal harus ditandu keluar sebanyak tiga kali. Padahal dia tidak terlibat kontak serius dengan pemain2 Persipura. Lucunya setiap kali dia akan masuk lapangan, Si Iqbal ini seperti tidak mengalami apa-apa. Acting pura-pura cedera ini memang bukan barang baru di sepakbola Indonesia. Dan menurut saya, mental2 seperti itulah yang membuat sepakbola Indonesia tidak pernah maju.

Akhirnya, ketika bola liar hasil kemelut di depan gawang PSM dengan sempurna disarangkan Kalamen Yves di masa injury time, PSM baru sadar kalau mereka mengalami sesuatu yang terjadi di luar rencana. Dan ketika semua pemain PSM beramai-ramai mengurung pertahanan Persipura, semua sudah terlambat. Persipura meski tampil jauh dari penampilan mereka yang sebenarnya, akhirnya menepuk dada ketika peluit panjang berbunyi. PSM menyia-nyiakan kesempatan dengan strategi tak berguna mereka. Meski mampu menahan imbang Persipura sepanjang permainan namun percaya diri mereka yang berlebihan justru menghancurkan mereka sendiri. Satu kesalahan di menit akhir membuat mereka meninggalkan Jayapura tanpa poin, sungguh tragis.

Apakah Persipura akan mampu masuk babak 8 besar musim ini ? Bagi orang seperti saya yang percaya bahwa segala hal bisa terjadi di sepakbola, 8 besar bukan sesuatu yang tidak mungkin. Tapi jika melihat permainan mereka hari ini, saya dengan berani akan bilang kalau Persipura itu ibarat seekor unta yang akan masuk lewat lobang jarum. Seandainya mereka berhasil melewatinya, maka jangan heran dengan apa yang akan terjadi selanjutnya. Sebab bukankah di sepakbola, hal-hal yang unbelieveable sering terjadi ?

Abepura, 14 Agustus 2006

Dicky Man

Senin, 19 September 2011

PENAMPILAN PERDANA ASRAMA BIAK

Inilah tim yang dibangun sembilan tahun lalu. Para pemain datang dan pergi, Asbik tetap ada...
 
GAGAL! Itulah hasil yang dipetik tim sepak bola Asrama Mahasiswa Biak Numfor (ASBIK) dalam kejuaraan sepak bola yang diselenggarakan oleh Himpunan Mahasiswa Biak (HIMABI) di Lapangan Misi dan Trikora, Abepura. Kejuaraan yang digelar dalam rangka memeriahkan Hari Ulang Tahun HIMABI ke-V ini diikuti oleh ikatan-ikatan mahasiswa se-Kabupaten Biak Numfor, termasuk tim sepak bola Asrama Mahasiswa Biak Numfor yang turun dengan nama ASBIK. Bagi tim yang diawaki Donald Mirino dan kawan-kawan, ini adalah penampilan perdana mereka.

Kegagalan tim berkostum oranye ini untuk melangkah ke babak semifinal dipastikan lewat kekalahan beruntun dalam tiga pertandingan. Tim ASBIK yang tergabung bersama Himpunan Mahasiswa dan Pelajar (HIMAPEL) Supiori Selatan, Ikatan Keluarga Numfor (IKN) B dan Ikatan Mahaiswa dan Pelajar (IMP) Kepulauan Padaido, akhirnya harus puas menduduki urutan buncit pool A.

Walaupun tidak lolos ke babak berikut, namun ASBIK masih bisa bangga dengan tujuh gol yang dihasilkan duet striker mereka, Yusak Rumbino dan Musa Rejauw. Manajer Tim ASBIK, Donald Mirino berkomentar, bahwa meskipun timnya kalah, ia tidak kecewa. "Teman-teman menampilkan petmainan yang bersih dan benar-benar menarik!" Ini merupakan suatu kebanggaan tersendiri bagi saya dan teman-teman," paparnya.

Nada serupa juga disampaikan kapten tim, Simon Rumbino. Bek handal Fakultas Ekonomi Uncen itu mengakui bahwa rekan-rekannya masih lemah dalam hal stamina, walaupun teknik individual mereka cukup memadai.

Kekalahan pertama dialami dengan skor 6 - 4 ketika pada 17 November lalu, ASBIK menjajal HIMAPEL Supiori Selatan. Gol-gol dalam pertandingan ini, disarangkan Yusak Rumbino (nomor punggung 10) setelah melakukan hattrick. Juga kapten tim, Rumbino.

Harapan Tim ASBIK untuk melaju ke semifinal dikandaskan IKN B dengan skor tip is 3 - 2. Padahal ASBIK telah unggul lebih dulu dengan dua gol. "Gol ketiga mereka, benar-benar membuat saya lemas!," komentar Michael Randongkir, pencetak gal kedua ASBIK. Uniknya, ASBIK kemudian mengajukan protes tertulis kepada panitia karena menilai mereka dicurangi oleh salah satu hakim garis. Menurut Dicky Menufandu, salah satu anggota tim ofisial, hakim garis tersebut terlampau berat sebelah karena ia selalu meloloskan pemain-pemain IKN B yang jelas-jelas dalam posisi off-side. Dicky mengatakan, mereka telah meminta kepada panitia agar hakim garis seperti itu tidak dipakai lagi dalam pertandingan-pertandingan selanjutnya. "Kalau kabut model begitu masih di-pake, bisa-bisa kualitas pertandingan akan menurun," tambahnya.

Kekalahan ketiga diderita setelah jumat kemarin, ASBIK harus mengakui keunggulan Tim IMP Kepulauan Padaido dengan hasil 1 - 2. Kembali ASBIK harus menelan pil pahit walau di babak pertama mereka unggul lewat kaki Musa Rejauw.

Menyambut pertandingan-pertandingan mendatang, kata Donald Mirino, yang juga ketua asrama mahasiswa Biak Numfor, timnya akan melakukan latihan secara kontinyu, agar pemainnya benar-benar siap berlaga.

Berbeda dengan tim sepak bola, tim bola voli ASBIK tetap merajai kejuaraan yang juga digelar oleh HIMABI. Tim ini tak terkalahkan dalam tiga pertandingan berturut-turut.

Ketua Asrama Mahasiswa Biak Numfor menambahkan bahwa lewat sejumlah kegiatan HlMABI, ia berharap sesama mahasiswa Biak dapat lebih saling mengenal satu dengan yang lain. Agar persaudaraan yang telah ditanamkan para pendahulu/senior mereka tetap terjaga. "Ambisi" juara tentu tak dilarang, namun yang lebih penting dari itu tentu saja kebersamaan. * * * jwm/ps asbik

Tim Sepak bola ASBIK
Ofisial : 
Donald Mirino, Dicky Menufandu, Anton Wambrauw
Pemain:
Deddy Rejauw, Simon Rumbino (kapten), Apolos Pombos, Christian Infandi, Gilberth Abidondifu, Loth Rumbino, Michael Randongkir, Otto Kapitarauw, Richard Msen, Ishak Rumbewas, Elisa Urbasa, Piet Abrauw, Robby Mampioper, Jean Ayer, Valen Kafiar, Musa Rejauw, Yusak Rumbino.
----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
 
 Tulisan ini pertama kali dimuat di Tabloid JUBI (Jujur Bicara) sekitar minggu III November 2002. Ditulis oleh saya sendiri dan karena Pemred JUBI menilai tulisan ini bagus, tak satu katapun ia edit.  Langsung saja lulus dan seingat saya ditaruh di halaman paling akhir/rubrik Sport. Klipping tabloid-nya masih disimpan oleh saudara Apolos Pombos dari Sim Mgan